Pada kasus pyometra harus diusahakan nanah dikeluarkan dari uterus, dengan cara irigasi, yaitu memasukkan cairan antiseptik kedalam uterus dan dialirkan keluar membawa nanah tsb. Cara inilah yang mengilhami mengeluarkan embrio (flushing) pada penerapan bioteknologi reproduksi generasi kedua yang disebut transfer embrio (TE). Pada TE cairan yang digunakan adalah media tertentu (episode yang akan datang pada serialbioteknologi reproduksi).
Pada kasus pyometra pada prinsipnya semua jenis antiseptik dapat digunakan untuk irigasi. Tetapi dianjurkan adalah antiseptik yang paling ringan dalam menimbulkan iritasi pada selaput lendir endometrium atau selaput mukosa uterus. Selama ini atau dewasa ini yang dianjurkan adalah Povidon Iodin 2%, mengacu pada treatmen profilaktif setelah perlakuan flushing pada mekanisme TE.
Pada praktisi di lapangan hendaknya juga mempertimbangkan nilai ekonomis antiseptik yang dipakai, apalagi untuk hewan ternak milik petani ternak. Pada umumnya pengobatan pada hewan ternak sangat mepetimbangkan kelayakan ekonomis. Perlu diketahui bahwa povidon iodin cukup mahal dan untuk penanganan pyometra membutuhkan beberapa kali irigasi kira-kira bisa mencapai 5 liter povidon iodin 2% atau 1 liter konsentrasi 10% yang ada di pasaran.
Beberapa antiseptik golongan obat generik selain povidon iodin dapat dipertimbangkan obat generik lain yang lebih murah, namun ada kelebihan dan kekurangan lain yang perlu diperhatikan. Antara lain adalah Permanganas Kalium (PK, KMnO4). Kelebihan PK murah, tetapi tingkat iritasi sangat tinggi, bahkan bersifat korosif. Selain itu PK harus dipakai segera setelah dibuat larutan segar. Mengacu pada buku Obat Generik Berlogo (OGB), ISO Indonesia, volume 01/2005 yang diterbitkan oleh Ikatan Sarjana Farnmasi Indonesia. Konsentrasi PK yang direkomendasi untuk manusia adalah 1:(5000-10.000). Antiseptik lain dalam OGB adalah hidrogen peroksida (H2O2) 1,5-6%, Klorheksidin Glukonat 5%.
Penggunaan antibiotika diterapkan setelah semua nanah dalam uterus dikeluarkan semua melalui irigasi dengan antiseptik. Pertimbangan yang perlu bagi antibiotika antara lain penicillin dapat diinaktifasi oleh enzim penisilinase yang dikeluarkan oleh bakteri yang umumnya membentuk nanah itu. Pertimbangan lain adalah antibiotika tidak larut sempurna (membentuk gumpalan), pada cairan mengandung nanah sehingga mengurangi efektifitas dan menimbulkan masalah lain bila tertinggal dalam uterus menjadi benda asing yang kelak di kemudian hari menimbulkan kasus lain yaitu corpus luteum (CL) persisten.
Karena itu irigasi dengan antiseptik hendaknya menjadi prioritas pertama dan utama, baru kemudian antibiotika dan bila perlu dipertimbangkan penggunaan antibiotika sistemik atau perinjeksi, setelah irigasi dengas antiseptik betul-betul tuntas.
Ditulis Oleh drh. M. Arifin Basyir
Kamis, 15 Oktober 2009
Posted by Anonim on 13.08 with No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Komentar:
Posting Komentar